ahukah anda bahwa Covid-19 dapat menular dari manusia ke hewan peliharaan? Sampai saat ini, di seluruh dunia telah dilaporkan adanya beberapa kasus hewan peliharaan yang terinfeksi oleh SARS-CoV-2, yaitu virus penyebab COVID-19. SARS-CoV-2 itu sendiri adalah jenis virus corona zoonotic yang dapat menular dari hewan ke manusia dan diduga berasal dari kelelawar.
Kasus pertama penularan Covid-19 pada hewan peliharaan diantaranya terjadi pada dua ekor kucing setelah pemiliknya mengidap Covid-19 di Amerika Serikat.
Kucing A hidup di sebuah apartemen di Nassau County, New York, bersama dengan lima orang penghuni. Kira-kira pada tanggal 15 Maret, tiga dari lima orang penghuni tersebut mengalami gejala sakit pernapasan ringan berupa demam, batuk, dan banyak berkeringat. Saat itu, beberapa penghuni lainnya di kompleks apartemen itu juga mengalami beragam gejala COVID-19.
Sembilan hari kemudian, yaitu pada tanggal 24 Maret, kucing A mulai mengalami gejala sakit saluran pernapasan, di antaranya bersin, mata berair, dan lesu. Akan tetapi, kucing kedua yang tinggal di apartemen yang sama tetap sehat dan tidak mengalami gejala sakit. Pada tanggal 1 April, kucing itu dibawa ke klinik hewan. Setelah mendapat pengobatan berupa antibiotika kelas cephalosporin (cefovecin; 52 mg), kucing itu dipulangkan. Pada tanggal 3 April, hewan itu sembuh total.
Kucing B tinggal bersama satu orang, yang pada tanggal 24 Maret mengalami demam, batuk produktif, menggigil, sakit otot, sakit pada bagian perut, sakit kepala, diare, sakit tenggorokan, dan lesu. Pada tanggal 26 Maret, hasil tes menunjukkan dia positif mengidap SARS-CoV-2. Delapan hari kemudian kucing B mulai sakit. Akan tetapi, kucing kedua yang tinggal bersama mereka tetap sehat dan tidak menjalani tes SARS-CoV-2.
Uji spesimen pertama yang dilakukan pada kedua kucing itu menunjukkan keduanya positif terjangkit SARS-CoV-2. Akan tetapi, hasil tes swab berikutnya terhadap kucing A pada tanggal 17 April menunjukkan hasilnya hampir negatif. Kedua ekor kucing itu memiliki antibodi spesifik penetralisir virus SARS-CoV-2. Gejala COVID-19 berlangsung selama 8 hari pada kucing A dan 10 hari pada kucing B, lalu hilang sebelum diadakan investigasi epidemiologis. Oleh karena tidak terdapat bukti penularan virus COVID-19 terhadap hewan lain atau manusia, maka tidak diperlukan adanya pengawasan atau tindak pencegahan penularan yang lebih lanjut.
Pada tanggal 22 April, CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan USDA (U.S. Department of Agriculture) secara resmi melaporkan kasus tertularnya kedua kucing tersebut oleh SARS-CoV-2, yaitu virus penyebab COVID-19. Ini adalah kasus infeksi SARS-CoV-2 simptomatis pada hewan peliharaan yang pertama kali dilaporkan di dunia. Kedua kasus tersebut terjadi pada lingkungan yang berbeda dan secara epidemiologis terhubung dengan orang yang diduga atau terkonfirmasi positif COVID-19.Dari sini bisa disimpulkan bahwa penularan COVID-19 dari manusia kepada hewan bisa terjadi. Meskipun sampai saat ini tidak terdapat bukti bahwa hewan peliharaan memiliki peran besar dalam penyebaran virus COVID-19, orang-orang yang diduga atau terkonfirmasi positif COVID-19 harus membatasi kontak dengan hewan. Sedangkan hewan yang terkonfirmasi mengidap SARS-CoV-2 harus diawasi dan dipisahkan dari manusia serta hewan lainnya.
Sumber:- First Reported Cases of SARS-CoV-2 Infection in Companion Animals — New York, March–April 2020, https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/69/wr/mm6923e3.htm?s_cid=mm6923e3_w, diakses 15 Juni 2020.
- Foto-foto: Dokumen pribadi (Billy, Molly, dan Coco)
Komentar
Posting Komentar